Manajemen
![]() |
| Manajemen hidup itu seperti mengendarai sepeda menuju tujuan tertentu gk sih? |
Catatan random, tadi (2/10/19) ikutan acara yang diadakan oleh Rumah
Keluarga Indonesia (RKI).
Kata Kunci: Manajemen Ruhiyah, Manajemen Perbedaan, dan Manajemen
Keuangan.
“May I ask you, how
old are you?” kata Kuwahara sensei dua hari lalu setelah beliau tanya-tanya
banyak hal yang bikin aku sadar harus nambah vocabulary supaya bisa jelasin
secara properly :v
Beliau nanya usia karena perkiraan beliau aku seusia anaknya
yang pertama.
Setelah jawab usiaku berapa, aku jadi bergumam sendiri. Tersadar
bukan remaja lagi, udah terkategori dewasa awal kalau dari sudut pandang
psikologi.
Indikator dewasa itu sendiri kalau kata Pak Indra Kusumah
adalah ketika sudah memiliki kesadaran dalam mengambil keputusan dan
bertanggung jawab untuk dapat menentukan kapan “Ya” dan kapan “Tidak” serta
sudah mampu membedakan mana hal prinsipil dan mana yang bukan prinsipil. Sudah
fitrahnya bahwa hidup adalah ikhtiar. Ikhtiar maksudnya pilihan. Aktualisasi kedewasaan nampak ketika
seseorang sudah memiliki daya integritas dari kemampuan intrapersonal (memahami
diri sendiri) dan daya sinergisitas dari kemampuan interpersonal (memahami
orang lain).
Pada praktiknya, menjadi dewasa butuh persiapan ruhiyah yang
baik. Melakukan yang terbaik agar tidak pernah tumbang. Menuntut diri sendiri
sebelum menuntut orang lain. Akar permasalahan penyebab konflik dalam diri
maupun konflik dengan orang lain adalah masalah ruhiyah (spiritual). Tips nya
dari Ibu Ruli Kurnia Dwicahyani kurang lebih: senantiasa memperbaharui dan meluruskan
niat, memperbanyak istighfar dan taubat, meningkatkan ketakwaan dan
memperbanyak amalah yaumiyah (harian), memiliki amalan andalan, serta
senantiasa bertawakkal.
Masalah ruhiyah ini juga yang menjadi penyebab utama konflik
dalam keluarga. Contoh nya dalam hal manajemen keuangan keluarga. Berikut yang
kupahami dari paparan Ibu Yuria Cleopatra (Penulis buku Keluarga Muslim Cerdas
Finansial). Bagi orang dengan kualitas ruhiyah baik, akan memahami bahwa harta
adalah titipan dan kita sebagai bendaharanya. Kalau kita sudah paham bahwa
harta adalah titipan Allah swt. yang pada akhirnya akan ada audit illahi maka
kita tidak akan pernah membenturkan masalah halal dan haram. Membenturkan
misalnya antara KPR konvensional dan KPR syariah yang nampaknya lebih mahal KPR
syariah, penggunaan kartu kredit sampai jatuh tempo dan melakukan gestun (gesek
tunai) yang nyatanya riba, hingga sumber pendapatan keluarga.
Sumber pendapatan keluarga jelas harus halal. Penanggung
jawab utamanya adalah kepala keluarga dalam hal ini suami. “Ar-rijālu qawwāmụna
'alan-nisā`.. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita..
(QS. An-Nisa: 34)”. Memastikan Jangan sampai makanan haram mengalir dalam darah kita.
Seluruh muamalah hukum awalnya adalah mubah kecuali karena ada transaksi yang
dilarang. Transaksi yang dilarang diantaranya, Maisir, Gharar dan Riba.
Selain pendapatan keluarga, juga ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam manajemen keuangan keluarga. Pertama, menyegerakan membayar hutang. Kedua, pengeluaran harus
seimbang, hemat namun tidak pelit (bakhil). Bedanya hemat dan pelit, misalnya
saat hendak membeli gelas. Hemat dengan cara memilih gelas dengan kualitas baik
namun harga lebih murah. Kalau pelit berarti memutuskan tidak membeli gelas
hingga akhirnya menyusahkan diri sendiri.Ketiga, membedakan kebutuhan dan
keinginan. Ketidakmampuan membedakan kebutuhan dan keinginan ini bisa membawa
pelakunya pada pemborosan dan bermewah-mewah. Boros belum tentu mewah. Namun
mewah sudah pasti boros. Mewah itu maksudnya harganya melebihi nilai fungsinya.
Misalnya memakai tas mahal, kalau kehujanan maka akan disimpan/ dilindungi dari
hujan. Namun, kalau memakai tas biasa, kalau kehujanan biasanya malah digunakan
untuk melindungi kepala.
Semoga bermanfaat, bagi siapapun yang sedang memperjuangkan proyek
peradaban, proyek dakwah dengan tujuan-tujuan mulia di dalamnya.



Komentar
Posting Komentar