Zona Belajar Dicampur Zona Bekerja Uleni Sampai Kalis
![]() |
Mengajar menggunakan aplikasi ZOOM dengan media papan tulis selama #dirumahaja |
Potongan bakso, sawi putih segar, tahu yang lembut, kuah
pedas level ½, dan lemon tea menemani kami diskusi ringan siang ini—biasanya. Aroma
rempah dari kuah seblak yang khas cukup untuk meregangkan otak dari rutinitas
belajar fisika dasar bersama mahasiswa tahap persiapan bersama. Hari ini kami menyebutnya sebagai hari merdeka,
karena yang biasanya menyita perhatian sedang melaksanakan ujian tengah
semester ke-dua.
![]() |
Sibuk-sibuk dahulu, pengangguran mulai pekan depan. |
Momen-momen sibuk mengajar ini sungguh tidak akan
terlupakan, bahagia, sedih, pusing dan santuy terselip dalam tiap potongan
ceritanya. Alasan mengapa kami harus mengajar bimbel saja kadang menyedihkan, belum
lagi kesal karena tidak tahu konsep sesederhana itu sebelumnya, atau saat ingin
menagis saja karena tidak bisa memecahkan beberapa soal yang tersedia, tapi tanpa
sadar, kami jadi ikut menamatkan buku-buku karya Halliday, Tipler, Cutnell, dan
Giancoli—lagi.
Sungguh ilmu pengetahuan adalah cahaya. Bagai lentera yang menunjukkan jalan dalam
kegelapan. Memantik kata Aha! saat sudah waktunya bayar kosan. Hati kecil bilang, tidak ingin menyampurkan zona
belajar dengan zona bekerja. Supaya apa yang sedang ditekuni dapat dipahami
secara utuh, menyeluruh. Learning by doing beda cerita, bekerja murni untuk belajar
tentu Aku suka.
Komentar
Posting Komentar