Zona Belajar Dicampur Zona Bekerja Uleni Sampai Kalis



Mengajar menggunakan aplikasi ZOOM dengan media papan tulis selama #dirumahaja


Potongan bakso, sawi putih segar, tahu yang lembut, kuah pedas level ½, dan lemon tea menemani kami diskusi ringan siang ini—biasanya. Aroma rempah dari kuah seblak yang khas cukup untuk meregangkan otak dari rutinitas belajar fisika dasar bersama mahasiswa tahap persiapan bersama. Hari  ini kami menyebutnya sebagai hari merdeka, karena yang biasanya menyita perhatian sedang melaksanakan ujian tengah semester ke-dua.

Sibuk-sibuk dahulu, pengangguran mulai pekan depan.
Feeling nervous and getting hyped up at the start of lesson sangat wajar kami rasakan karena banyak hal yang telah terlupakan atau terlewati saat belajar fisika dasar pada zaman dulu. Kepercayaan dan kesempatan. Dua hal yang patut disyukuri. Menjadikan kami bersemangat untuk belajar sebelum mengajar.  Terimakasih kak Alip dan kak Mora, telah melibatkan kami untuk menemani adik-adik belajar fisika dasar dua semester ini.

Momen-momen sibuk mengajar ini sungguh tidak akan terlupakan, bahagia, sedih, pusing dan santuy terselip dalam tiap potongan ceritanya. Alasan mengapa kami harus mengajar bimbel saja kadang menyedihkan, belum lagi kesal karena tidak tahu konsep sesederhana itu sebelumnya, atau saat ingin menagis saja karena tidak bisa memecahkan beberapa soal yang tersedia, tapi tanpa sadar, kami jadi ikut menamatkan buku-buku karya Halliday, Tipler, Cutnell, dan Giancoli—lagi.



Sungguh ilmu pengetahuan adalah cahaya.  Bagai lentera yang menunjukkan jalan dalam kegelapan. Memantik kata Aha! saat sudah waktunya bayar kosan. Hati  kecil bilang, tidak ingin menyampurkan zona belajar dengan zona bekerja. Supaya apa yang sedang ditekuni dapat dipahami secara utuh, menyeluruh. Learning by doing beda cerita, bekerja murni untuk belajar tentu Aku suka. 

Semoga ada jalan. Seterang lentera yang menunjukkan jalan dalam kegelapan. Memantik kata Aha! saat sudah waktunya melanjutkan petualangan resmi dalam dunia per-fisika-an. Menjadi penumpang gelap lama-lama terasa sangat menyedihkan—orang-orang membaca sajak, huruf-huruf itu bergetar dan terasa sesak.

Komentar

Postingan Populer