Catatan Guru Fisika ((Amateur)) Bagian 1: Lesson Plan
Tulisan tanggal 3 Juni 2018. Diingatkan oleh facebook lewat fitur "kenangan". Pindahkan ke sini supaya terarsipkan lebih rapi untuk dikenang. Catatan idealisme calon guru.
***
Hari ini nyusun RPP Fisika. Antisipasi karena seperti yang pernah kubilang . . . sepertinya semester depan akan mengajar di sekolah.
Mengajar di sekolah dengan bahasa pengantar bahasa inggris. RPP berubah menjadi lesson plan.
Meminimalisir waktu untuk mikir keras, Aku mencari inspirasi untuk ATM (Amati Tiru dan Modifikasi). Keyword nya "Physics lessons plan". Munculah beragam web penyedia lessons plan.
Uniknya tiap lesson plan punya karakteristik sama. Tidak gamblang menjelaskan materi dan rumus matematika, tapi menjelaskan fenomena dengan project penerapan konsep dasar fenomena tersebut.
Misalnya materi impuls dan momentum.
Materi impuls dan momentum, diawali dengan guru yang menuntun siswa untuk berdiskusi tentang kantong udara yg ada di mobil. Dengan pertanyaan-pertanyaan apersepsi seperti:
1. How do airbags prevent automobile injuries?
2. Do you always buckle your seat belt when you are in the car?
3. Why do cars have headrests?
4. Would you want to have air bags in your car?
5. What other safety equipment is built into cars?
Then..
After discussion, teacher give her students a project.
For example: Design ways to cushion an egg that is thrown through the air. Using the theories behind air bags in automobiles, find the best way to protect it from impact so you can throw it faster and further.
See. Fisika jadi tidak terkesan abstrak! Peserta didik bisa menyaksikan secara langsung.
Sebenernya, saat kuliah juga kami selalu merancang proses pembelajaran semacam ini. Praktik juga saat kuliah fisika sekolah, bahasa inggris profesi, microteaching, dsb. Maksudnya proses pembelajaran yg bersifat students center dan inkuiri (menemukan).
Tapiiiii...
Menurut teman-teman yang sudah mengajar di sekolah, khususnya sekolah negeri.. proses pembelajaran serupa sulit direalisasikan.
Kenapa?
Temanku bilang karena kejar materi
Apalagi semester genap menjelang UN. Banyak liburnya.

Tapi, Aku pernah menerapkan proses pembelajaran serupa, dg model Problem Based Learning/ Project Based Learning saat PPL. Tepatnya di SMP N 1 Seputih Surabaya.
Terharu dengan antusias siswa. Apalagi kelas 7. Walaupun kelasku sempat becek dg air saat materi suhu dan kalor. Saat evaluasi, hasil nya baik.
Jadi, kejar materi menurutku bukan alasan yg bijak untuk tetap menerapkan model pembelajaran konvensional yang teacher center. Macam ceramah.
Toh kalaupun kejar materi, satu jam pelajaran saja sudah cukup untuk 1 Bab. Ini pengalaman saat ngajar bimbel. Maksudnya bener-benar kejar materi dg tujuan siswa bisa mengerjakan soal.
Apalagi saat super intensif. Malah bisa semua bab terwakili untuk dibahas selama satu sesi (1 Jam Pelajaran). Like "kalo soal nya gini, cara ngerjainya gini".
Itupun tetap dijelaskan konsep disela membahas soal. Recal lah istilahnya. Mengingat kembali yang sudah dipelajari saat kelas bimbel biasa, bukan intensif UN/ Sbmptn. Karena dibimbel tempatku mengajar emang dilarang keras mengajarkan cara-cara cepat/ rumus cepat.
Balik lagi ke proses belajar di sekolah.
Hmm.. memang banyak faktor lainnya sih.. culture sekolah juga mempengaruhi. Satu guru yang coba membawa hal baru pasti akan banyak menghadapi kerikil.
Saranku dicoba aja dulu. Pelan-pelan. Daripada tidak sama sekali. Nanti lama-lama mindsetnya berubah jd konvensional kalo terus terusan begitu cara ngajarnya. Percuma kan udah belajar mati-matian saat kuliah. Khususnya materi pedagogy, tapi gk diaplikasikan.
Banyak kok teman-teman guru yang bisa mengaplikasikan beragam model pembelajaran yg students center gitu.
Coba aja sesekali ikutan kompetisi Inovasi Pembelajaran (Inobel) nya kemdikbud atau guru berprestasi. Woah.. pendidikan Indonesia cerah kalau semua gurunya begitu. Maksudnya seperti guru-guru berprestasi dg best practice nya itu.
"Ngomong emang mudah diiin!" *dilempar pake spidol 

*kabur

Wish me luck!
((Bersambung))
Komentar
Posting Komentar